Selasa, 26 Januari 2010

Senin, 25 Januari 2010

Perlawanan Rakyat Indonesia terhadap kekuasaan Kolonial.

B. Perlawanan Rakyat Indonesia terhadap kekuasaan Kolonial.

I. Perlawanan rakyat di Indonesia sebelum tahun 1800.
a. Perlawanan Sultan Baabullah (Ternate) terhadap Portugis
Sejak kedatangan bangsa Portugis di Ternate tahun 1512 Portugis berusaha memonopoli perdagangan sehingga menimbulkan kebencian rakyat Ternate, tahun 1565 rakyat Ternate yang dipimpin oleh Sultan Harun berusaha menyerang Benteng Santo Paulo, tetapi gagal bahkan Sultan harun dapat ditangkap dan dibunuh.Perlawanan kemudian dilanjutkan oleh Sultan Baabullah (putranya) dan berhasil menguasai Benteng Santo Paulo sehingga Portugis diusir dari Ternate dan pergi ke Maluku selanjutnya menyingkir ke Timur Timor.

b. Perlawanan Sultan Agung (Mataram).
Untuk menwujudkan cita-citanya menguasai seluruh Pulau Jawa, Sultan mengirim pasukan kerajaan Mataram untuk menyerang Belanda di Batavia, serangan pertama pada tahun 1628 tetapi gagal karena pasukan Mataram kehabisan perbekalan.
Pada tahun 1629 untuk kedua kalinya Kerajaan Mataram menyerang VOC di Batavia tetapi juga mengalami kegagalan, perlawanan-perlawanan rakyat Mataram terhadap VOC terus berlanjut, antara lain perlawanan di bawah pimpinan Tronojoyo, perlawanan untung Senopati, perlawanan Mangkubumi dan Raden Mas Said.

c. Perlawanan rakyat Banten terhadap VOC
Perlawanan rakyat Banten terhadap VOC dipimpin oleh Sultan Ageng Tirtayasa, namun putranya Sultan Haji bersahabat dengan Belanda, hal ini menyebabkan pihak Belanda dapat ikut campur dalam urusan Istana Kerajaan Mataram, Sultan Ageng Tirtayasa kemudian mencopot kekuasaan tahta kerajaan dari Sultan Haji. Sultan Haji minta bantuan pada VOC untuk menyerang ayahnya. Sultan Ageng Tirtayasa akhirnya ditangkap oleh Belanda dan dibuang ke Batavia dan tahta kerajaan diserahkan kepada Sultan Haji, namun di control oleh VOC.

d. Perlawanan rakyat Makasar terhadap VOC (1654 – 1655).
Perlawanan rakyat Makasar terhadap VOC dipimpin oleh Sultan Hasanuddin. Penyebab terjadi perlawanan adalah :
1. Belanda menganggap Makasar sebagai pelabuhan gelap.
2. Belanda mengadakan blokade ekonomi terhadap Makasar.
3. Sultan Hasanuddin menolak monopoli perdagangan Belanda di Makasar.

Dalam pertempuran VOC mengalami kesulitan untuk menundukan Makasar, setiap terdesak Belanda mengajukan perjanjian damai dengan Makasar, perjanjian damai tersebut dimanfaatkan oleh Belanda untuk memperkuat pasukannya. Dalam menghadapi Makasar, Belanda kemudian bersekutu dengan Aru Palaka (Raja Bone), yang merupakan musuh Sultan Hasanuddin. Akhirnya Belanda berhasil menguasai Makasar dengan ditandatanganinya perjanjian Bongaya yang sangat merugikan Makasar.

3. Perlawanan rakyat di Indonesia sesudah tahun 1800.



1. Perlawanan rakyat Maluku dibawah pimpinan Pattimura.

Sewenang-wenang yang dilakukan VOC di Maluku kembali dilanjutkan oleh pemerintah Kolonial Hindia Belanda setelah berkuasa kembali pada tahun 1816 dengan berakhirnya pemerintah Inggris di Indonesia tahun 1811-1816. Berbagai tindakan yang dilakukan oleh pemerintah Kolonial Hindia Belanda di bawah ini menyebabkan timbulnya perlawanan rakyat Maluku.

a. Penduduk wajib kerja paksa untuk kepentingan Belanda misalnya di perkebunan-perkebunan dan membuat garam.
b. Penyerahan wajib berupa ikan asin, dendeng dan kopi.
e. Banyak guru dan pegawai pemerintah diberhentikan dan sekolah hanya dibuka di kota-kota besar saja.
d. Jumlah pendeta dikurangi sehingga kegaitan menjalankan ibadah menjadi terhalang.
e. Secara khusus yang menyebabkan kemarahan rakyat adalah penolakan Residen Van den Berg terhadap tuntutan rakyat untuk membayar harga perahu yang dipisah sesuai dengan harga sebenarnya.

Siapakah tokoh perlawanan rakyat Maluku dan di manakah perlawanan itu berkobar. Perhatikan gambar tokoh dan peta sebagaian daerah Maluku di berikut ini.

1817 rakyat Saparua mengadakan pertemuan dan menyepakati untuk memilih Thomas Matulessy (Kapitan Pattimura) untuk memimpin perlawanan. Keesokan harinya mereka berhasil merebut benteng Duurstede di Saparua sehingga residen Van den Berg tewas. Selain Pattimura tokoh lainnya adalah Paulus Tiahahu dan puterinya Christina Martha Tiahahu. Anthoni Reoak, Phillip Lattumahina, Said Perintah dan lain-lain. Perlawanan juga berkobar di pulau-pulau lain yaitu Hitu, Nusalaut dan Haruku penduduk berusaha merebut benteng Zeeeland.

Untuk merebut kembali benteng Duurstede, pasukan Belanda didatangkan dari Ambon dibawah pimpinan Mayor Beetjes namun pendaratannya digagalkan oleh penduduk dan mayor Beetjes tewas. Pada bulan Nopember 1817 Belanda mengerahkan tentara besar-besaran dan melakukan sergapan pada malam hari Pattimura dan kawan-kawannya tertangkap. Mereka menjalani hukuman gantung pada bulan Desember 1817 di Ambon. Paulus Tiahahu tertangkap dan menjalani hukuman gantung di Nusalaut. Christina Martha Tiahahu dibuang ke pulau Jawa. Selama perjalanan ia tutup mulut dan mogok makan yang menyebabkan sakit dan meninggal dunia dalam pelayaran pada awal Januari tahun 1818.

Sejak Belanda berkuasa di Maluku rakyat menjadi sengsara, sehingga rakyat semakin benci, dendam kepada Belanda. Dibawah pimpinan Pattimura (Thomas Matualessi) rakyat Maluku bangkit melawan Belanda tahun 1817 dan berhasil menduduki Benteng Duursted dan membunuh Residen Van Den Berg. Belanda kemudian minta bantuan ke Batavia, sehingga perlawanan Pattimura dapat dipatahkan, Pattimura kemudian ditangkap dan dijatuhi hukuman gantung bulan Desember 1817. Dalam perjuangan rakyat Maluku ini juga terdapat seorang pejuang wanita yang bernama Christina Martha Tiahahu.

2. Perang Paderi (1821 – 1838).

Pada mulanya Perang Paderi merupakan perang antara kaum adat dan kaum ulama. Yang disebabkan oleh :
1) Adanya perbedaan pendapat antara kaum ulama dengan kaum adat. Kaum ulama terpengaruh gerakan Wahabi menghendaki pelaksanaan Ajaran Agama Islam berdasarkan Al’Quran dan Hadist.
2) Kaum ulama ingin memberantas kebiasaan buruk yang dilakukan kaum adat, seperti berjudi, menyambung ayam dan mabuk.
Karena terdesak kaum adat minta bantuan kepada Belanda, tetapi kemudian kaum adat sadar bahwa Belanda ingin menguasai Sumatera Barat, kemudian kaum adat bersatu dengan kaum Paderi untuk menghadapi Belanda, karena terdesak Belanda mengirim bantuan dari Pulau Jawa yang diperkuat oleh Pasukan Sentot Ali Basa Prawirodirjo, tapi kemudian Sentot Ali Basa Prawirodirjo berpihak kepada kaum Paderi sehingga Sentot Ali Basa Prawirodirjo ditangkap dan dibuang ke Cianjur. Dengan siasat Benteng Stelsel pada tahun 1837 Belanda mengepung Bonjol, sehingga Imam Bonjol ditangkap dan dibuang ke Cianjur kemudian dipindahkan ke Menado hingga wafat tahun 1864.






3. Perang Diponegoro (1825 – 1830).
Penyebab terjadi Perang Diponegoro adalah :
1. Sebab umum
a. Penderitaan dan kesenggaraan rakyat akibat pajak.
b. Campur tangan Belanda dalam urusan istana.
c. Munculnya kecemasan dikalangan para ulama karena berkembangnya Budaya Barat.

2. Sebab khusus
Belanda membuat jalan di Tegalrejo yang melewati makam leluhur Diponegoro tanpa minta izin terlebih dahulu.
Dalam perang ini Diponegoro menggunakan siasat perang gerilya yang didukung oleh kaum bangsawan dan ulama serta bupati, antara lain Kyai Mojo dan Sentot Ali Basa Prawirodirjo. Sementara Belanda menggunakan siasat Benteng Stelsel yang bertujuan untuk mempersempit gerak Pasukan Diponegoro.
Pasukan Diponegoro semakin lemah terlebih lagi pada tahun 1829 Kyai Mojo dan Sentot Ali Basa memisahkan diri. Lemahnya pasukan Diponegoro menyebabkan Diponegoro menerima tawaran Belanda untuk berunding di Magelang, dalam perundingan ini pihak Belanda diwakili oleh Jenderal De Kock namum perundingan mengalami kegagalan dan Diponegoro di tangkap dan dibawa ke Batavia, selanjutnya dipindahkan ke Menado kemudian dipindahkan lagi ke Makasar dan meninggal di Benteng Rotterdam tanggal 8 Januari 1855.
Pengeran Diponegoro

4. Perlawanan Rakyat Bali.
Bangkitnya perlawanan Rakyat Bali terhadap Belanda disebabkan oleh
1. Sebab Umum
Adanya Hak Tawan Karang yaitu suatu ketentuan bahwa setiap kapal yang terdampar diperairan Bali menjadi milik Raja Bali.

2. Sebab Khusus
Menyangkut tuntutan Belanda terhadap Raja-raja Bali yang ditolak berisi :
1. Hak Tawan Karang dihapuskan.
2. Raja harus memberi perlindungan terhadap pedagang-pedagang Belanda di Bali.
3. Belanda minta diizinkan mengibarkan Bendera di Bali.

Perlawanan Rakyat Bali dipimpin oleh Patih Gusti Ketut Jelantik dari Kerajaan Buleleng yang didukung oleh Kerajaan-kerajaan di Bali seperti Kerajaan Badung, Kerajaan Klungkung dan Kerajaan Buleleng.

Dalam pertempuran melawan Belanda rakyat Bali mengobarkan Perang Puputan dengan pusat pertahanan di Benteng Jagaraga. Karena pasukan Belanda menggunakan persenjataan yang lebih lengkap akhirnya Bali dapat dikuasai oleh Belanda.

5. Perang Aceh. (1873-1904)
Perlawanan rakyat Aceh merupakan perlawanan yang paling lama dan juga terakhir bagi Belanda dalam rangka Pax Netherlandica. Perlawanan dipimpin oleh para Bangsawan (Tengku) dan para tokoh ulama (Tengku) seperti Teuku Umar, Teuku Cik Ditiro, Penglima Polem, Cut Nyak Dien, Cut Mutia dan lain-lain.

Salah satu penyebab terjadinya peperangan karena Belanda melanggar Perjanjian Traktat London tahun 1824 yang berisi bahwa Inggris dan Belanda tidak boleh mengganggu ke merdekaan Aceh. Untuk menguasai Aceh, Belanda menggunakan cara seperti Konsentiasi Stelsel dan mendatangkan ahli Agama Islam yaitu Snouch Hurgronye.
Cara ini dapat mempersempit ruang gerak pasukan Aceh dan dari Snouch Hurgronye Belanda mengetahui kehidupan rakyat Aceh dan cara – cara menaklukan Aceh. Sehingga akhirnya Aceh dapat dikuasai oleh Belanda, kemudian Raja-Raja didaerah yang berhasil dikuasai oleh Belanda diikat dengan Plakat Pendek yang isinya :
1. Mengakui kedaulatan Belanda atas daerahnya.
2. Tidak akan mengadakan hubungan dengan negara lain.
3. Taat dan patuh pada Pemerintah Belanda

Kehidupan Masyarakat Indonesia Awal Penjajahan

Ê Standar Kompetensi

Menganalisa perjalanan bangsa Indonesia dari negara tradisional, kolonial, pergerakan kebangsaan, hingga terbentuknya Negara kebangsaan sampai Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Ê Kompetensi Dasar

Membandingkan perkembangan masyarakat Indonesia dibawah penjajahan VOC, pemerintahan Hindia Belanda dan pemerintah Inggris

Ê Indikator

1. Mendeskripsikan latar belakang kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia

2. Menjelaskan penjelajahan samudra oleh bangsa Eropa (Spanyol, Portugal, Belanda, dan Inggris) di Indonesia

3. Mendeskripsikan kekuasaan VOC di Indonesia

4. Menjelaskan sebab bubarnya VOC

5. Menjelaskan masa pemerintahan Daendels di Indonesia dan tindakanya

6. Menjelaskan masa pemerintahan Inggris di Indonesia

7. Mendeskripsikan masa pemerintahan Belanda di Indonesia

A. Latar Belakang Masuknya Bangsa Eropa ke Indonesia

Bangsa Barat datang ke Indonesia setelah adanya penjelajahan samudra, faktor yang mendorong orang-orang eropa mengadakan penjelajahan Samudra pada akhir abad ke-16 adalah :

1. Jatuhnya Kota Konstatinopel tahun 1453 ke tangan Bangsa Turki Usmani.

2. Kisah penjelajahan Marco Polo ke dunia timur.

3. Penemuan Copernicus yang didukung oleh Galileo yang menyatakan bumi ini

bulat.

4. Penemuan kompas.

5. Semangat Recosquesta yaitu semangat pembalasan terhadap kekuasaan Islam dimanapun berada.

Tujuan awal kedatangan bangsa-bangsa eropa ke Indonesia hanya untuk memperoleh rempah-rempah langsung dari sumbernya, tetapi kemudian bertujuan untuk menguasai Indonesia.

Ferdinand Magellan Christoper Colombus

Penjelajahan bangsa Spanyol.

1. Christoper Colombus (1492)

Sampai di kepulauan Bahama di Karibia.

2. Ferdinand Magellan (1519)

Magellan melanjutkan perjalanan Colombus, dengan menyusuri pantai selatan Benua Amerika Serikat dan menyeberangi Lautan Pasifik, pada tahun 1520 sampai di Filipina tetapi di Pilipina Magellan tewas, karena terlibat persaingan antar suku yang terjadi di Filipina, dan perjalanan dilanjutkan oleh Sebastian D’elcano, pada tahun 1521 sampai di Maluku. Kedatangan Spanyol diterima oleh Tidore, sedangkan Portugis telah ada di Maluku tahun 1512 yang bersekutu dengan Ternate.

Penjelajahan Bangsa Portugis.

1. Bastholomeus Diaz (1496).

Sampai di Tanjung Harapan (di ujung Afrika Selatan).

2. Vasco Da Gama (1498).

Sampai di Kalkuta (India), disini ia mendapat rempah-rempah dari pedagang islam untuk dibawa ke negerinya. Pada tahun 1511 Alfonso D’albuquergu berhasil menguasai Malaka dan tahun 1512 Portugis sampai di Maluku yang diterima oleh Ternate, ketika itu Kerajaan Ternate sedang berperang dengan Tidore, sehingga Portugis membantu Ternate melawan Tidore, oleh sebab itu ketika Spanyol datang tahun 1521 di Maluku langsung diterima oleh Tidore dan membantu Tidore melawan Ternate, maka terjadi perselisihan antara Portugis dan Spanyol di Maluku. Perselisihan ini akhirnya ditengahi oleh Paus dengan mengadakan perjanjian Saragosa.

Bastholomeus Diaz Vasco Da Gama de Houtman Kapal Pelayaran

Penjelajahan Bangsa Belanda

Kedatangan Bangsa Belanda ke Timur disebabkan oleh faktor ekonomi, yaitu berusaha sendiri untuk mencari dan menemukan sumber rempah-rempah yang ada di dunia Timur, apalagi setelah Portugis melarang Belanda untuk berdagang di Lisboa (Lisabon), sehingga Belanda kesulitan untuk mendapatkan rempah-rempah.

Tahun 1596 Cornelis de Houtman sampai di Banten, kedatangan di Banten semula diterima dengan baik, tetapi Belanda menunjukan sikap tamaknya sehingga penguasa Banten mengusirnya dari Banten. Pada tahun 1598 Belanda datang lagi ke Banten dengan sikap yang lebih baik. Pada tahun 1602 Belanda membentuk VOC (Vereenigde Oost Indishe Compagnie) dengan tujuan

1. Menghindari persaingan antara pengusaha Belanda.

2. Untuk mendapatkan ke untungan yang besar.

3. Untuk memperkuat diri menghadapi pedagang eropa lainnya.

Wilayah Monopoli VOC di Indonesia

VOC juga mempunyai hak istimewa (hak Octrol) seperti :

1. Hak monopoli pedagangan.

2. Hak memiliki tentara.

3. Hak mencetak uang sendiri.

4. Hak mengadakan perjanjian dengan Raja-raja Indonesia.

5. Hak mengumumkan perang.

Gubernur Jenderal VOC pertama Pieter Both yang dalam melaksanakan kekuasaannya, VOC menjalankan politik adu domba (Devide et Impera). VOC berhasil mengambil keuntungan ratusan juta golden dari Indonesia, tanggal 31 Desember 1799 VOC dibubarkan karena :

1. Merajalelanya korupsi pada pegawai VOC.

2. Kuatnya persaingan diantara kongsi-kongsi dagang lain

3. Terlalu banyaknya biaya untuk penumpas berbagai pemberontakan rakyat.

4. Meningkatnya kebutuhan untuk gaji pegawai VOC.

5. Utang VOC yang banyak.

Akhirnya kedudukan VOC di Indonesia diambil alih oleh pemerintah Belanda. Bersamaan dengan kehancuran VOC di Indonesia, didaratan Eropa berkecamuk perang revolusi Perancis (1792-1802). Pada tahun 1795 Belanda diduduki oleh Perancis, tetapi Raja Belanda Wiliem V berhasil meloloskan diri dan minta perlindungan kepada Inggris dengan jaminan Belanda akan menyerahkan segala kekuasaannya di Indonesia kepada Inggris. Inggris bersedia melindungi Raja Belanda tersebut. Kemudian raja Belanda mengirimkan pesan kepada penguasa Belanda di Indonesia agar menyerahkan wilayah Indonesia kepada Inggris.

Sementara itu Perancis merasa dirinya menguasai Belanda bertindak tegas dan menggabungkan wilayah Belanda kedalam wilayah Perancis termasuk Indonesia dibawah pimpinan Napoleon Bonaparte.

Untuk mempertahankan wilayah jajahan Belanda dari serbuan Inggris, maka pemerintah Perancis mengangkat Gubernur Jenderal Daendels di Hindia Belanda (1808-1811).

Jenderal Daendels Jenderal Yansen Peta Pembuatan Jalan

Tugas Daendels di Indonesia adalah :

1. Mempertahankan pulau Jawa dari serangan Inggris.

2. Mengatur pemerintahan di Indonesia.

3. Memperbaiki keadaan perekonomian.

Tindakan yang dijalankan oleh Daendels di Indonesia :

1. Bidang Militer :

a. Membuat jalan dari Anyer sampai Panarukan.

b. Mendirikan benteng pertahanan.

c. Membangun pangkalan angkatan laut di Merak dan Ujung kulon.

d. Memperkuat pasukan yang anggotanya terdiri dari orang Indonesia.

e. Mendirikan pabrik senjata di Semarang dan Surabaya

2. Bidang Politik :

a. Membagi pulau Jawa menjadi 9 keresidenan (9 Prefek).

b. Membatasi kekuasaan Raja.

c. Melarang bupati mengambil upah dari rakyat.

d. Mengaji Bupati sebagai pegawai pemerintah.

e. Mendirikan pengadilan bagi penduduk pribumi yang bersalah.

3. Bidang Ekonomi :

a. Menjual tanah kepada pihak swasta.

b. Memaksa rakyat menyerahkan hasil pertaniannya.

c. Memungut pajak dan meningkatkan tanaman yang laku dipasaran dunia.

d. Mewajibkan rakyat kerja paksa.

Tindakan Daendels mendatangkan kebencian seluruh rakyat Indonesia sehingga Nopoleon Bonaparte memanggil pulang Daendels dan mengganti dengan Gubernur Jenderal Yansen (1811). Sementaraitu armada Inggris di bawah pimpinan Lord Minto mendarat di Batavia dan berhasil mendesak pasukan Yansen. Ahkrirnya bulan September 1811 Yansen menyerah pada Inggris yang telah menguasai pulau Jawa ditandai dengan Kapitulasi Tuntang yang berisi :

1. Pulau Jawa dan sekitarnya dikuasai oleh Inggris.

2. Semua tentara Belanda menjadi tawanan Inggris.

3. Semua pegawai Belanda yang mau bekerja sama dengan Inggris dapat dijadikan pegawai Inggris

Lord Minto Rafflesea Thomas Stanford Raffles

Setelah jatuhnya kekuasan Perancis, Indonesia dikuasai Ingeris. Gubernur Jenderal EIC mengangkat Thomas Stanford Raffles sebagai penguasa di Indonesia. Tindakan yang dilakukan oleh Raffles di Indonesia yaitu:

1. Bidang Politik

a. Membagi pulau Jawa menjadi 16 Keresidenan.

b. Bupati dijadikan sebagai pegawai negeri

c. Mengurangi kekuasaan raja.

2. Bidang Ekonomi

a. Perdagangan bebas

Rakyat diberi kebebasan untuk ikut serta dalam perdagangan. Sehingga produksi rakyat diikutkan dalam pasar Internasional.

b. Melaksanakan Landrente (sewa tanah).

Dengan dasar bahwa semua tanah adalah milik Inggris maka penduduk yang menempatinya harus membayar pajak.

3. Bidang Sosial yaitu menghapuskan perbudakan.

Pada masa Raffles ini rakyat Indonesia juga sangat menderita karena pajak yang terlalu tinggi. Berakhirnya kekuasan Inggris di Indonesia ditandai dengan perjanjian Inggris dan Belanda di London (Convention Of London) yang berisi :

1. Belanda menerima tanah jajahannya kembali yang diserahkan kepada Inggris berdasarkan Kapitulasi Tuntang.

2. Inggris memperoleh Tanjung harapan dan Sailan (Srilangka).

Berdasarkan Konvention Of London ini Indonesia kembali dikuasai oleh Belanda. Dari tahun 1816-1830 keadaan Belanda dan tanah jajahan Belanda sangat buruk, kas negeri Belanda kosong. Atas saran dari Van Den Bosch diadakanlah sistim tanam paksa (culture stelsel) kemudian Van Den Bosch diangkat menjadi Gubernur Jenderal di Indonesia.

Tujuan tanaman paksa adalah untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya guna untuk menutup kas Belanda yang kosong dan membiayai hutang-hutang Belanda.

Ketentuan atau aturan tanaman paksa :

1. Rakyat menyediakan 1/5 dari tanahnya untuk ditanami dengan tanaman eksport.

2. Waktu digunakan untuk memelihara tanaman tidak boleh melebihi dari waktu menanam padi.

3. Tanah yang digunakan dibebaskan dari pajak.

4. Kerusakan yang disebabkan oleh bukan petani ditanggung oleh pemerintah.

5. Bagi yang tidak memiliki tanah dipekerjakan diperkebunan atau pabrik milik pemerintah selama 65 hari tiap tahun.

Van Den Bosch Dauwes Dekker. Van Deventer

Pelaksaan tanaman paksa tidak sesuai dengan ketentuanan tanam paksa sehingga rakyat menderita, sedangkan Belanda mendapat keuntungan yang sangat besar. Pelaksanaan tanaman paksa ini ternyata mendapat reaksi dari beberapa kalangan Belanda seperti :

1. Golongan pengusaha. menghendaki kebebasan berusaha, mereka menganggap tanaman paksa tidak sesuai dengan ekonomi liberal.

2. Baron Van Hovel.

3. Dauwes Dekker.

Tahun 1870 sistim tanam paksa dihapuskan oleh Pemerintah Belanda diganti dengan system ekonomi liberal ditandai dengan keluarnya UU Agraria dengan tujuan :

1. Untuk melindungi hak milik petani pribumi atas tanahnya dari penguasaan orang-orang asing.

2. Memberikan peluang kepada para pengusaha asing untuk dapat menyewa tanah dari rakyat.

Dengan UU ini para pengusaha hanya boleh menyewa tanah dalam jangka waktu tertentu dan tidak membelinya. Dalam UU ini disebutkan tanah yang disewakan terdiri dari 2 macam yaitu :

1. Tanah milik Negara (diluar wilayah desa) disewa dalam jangka waktu 75 tahun.

2. Tanah milik penduduk pribumi disewa dalam jangka waktu 5 tahun atau 30 tahun.

Sejak tahun 1870 Indonesia mulai dibuka untuk perkebunan swasta. Untuk membantu perkebunan di Sumatera maka diperlukan para buruh dari pulau Jawa yang bekerja dengan sistim kontrak yang diperlakukan seperti budak, karena penderitaan banyak kaum buruh yang melarikan diri maka Parlemen Belanda menyetujui adanya koelie Ordonantie, dalam Ordonantie ini kuli atau buruh yang melarikan diri diancam dengan poenale Sanctie yaitu buruh yang melarikan diri dipaksa kembali dengan pertolongan alat Negara, diberi sanksi hukuman. Sehingga banyak pengusaha yang bertindak sewenang-wenang terhadap buruh.

Akibat pelaksaaan politik ekonomi liberal :

1. Bagi Bangsa Belanda :

a. Mendatangkan keuntungan yang besar bagi pengusaha swasta Belanda.

b. Hasil produksi perkebunan banyak mengalir ke Belanda sehingga Belanda sebagai pusat perdagangan hasil perkebunan.

c. Negeri Belanda semakin makmur.

2. Bagi Bangsa Indonesia :

a. Tingkat kesejahteraan rakyat merosot.

b. Produksi pertanian rakyat menurun.

c. Penderitaan rakyat semakin meningkat akibat kerja paksa

d. Pekerja yang melarikan diri dari perkebunan Belanda memperoleh hukuman berat.

Peta Wilayah kekuasaan Belanda abad ke 20

Melihat keadaan rakyat Indonesia yang semakin menderita maka tahun 1899 Mr C. Th. Van Deventer memaparkan gagasannya dalam majalah De Gids yang mengemukakan Een Erschuld (hutang budi) yaitu hutang yang harus dilunasi untuk menjaga kehormatan Belanda. Van Deventer kemudian mengemukakan trias Van Deventer yaitu Edukasi, Irigasi, dan Transmigrasi

Trias Van Deventer dilaksanakan di Indonesia dikenal dengan politik etis (balas budi). Pelaksanaan Politik etis tidak seperti yang dikehendaki oleh Van Deventer, melainkan menurut keinginan Belanda seperti :

1. Pendidikan dilaksanakan semata-mata untuk memenuhi kebutuhan pegawai rendah (juru tulis).

2. Pengairan tidak ditujukan untuk mengairi sawah dan ladang rakyat tetapi untuk pengusaha perkebunan Belanda atau pengusaha asing.

3. Transmigrasi dilakukan bukan untuk memberi penghidupan yang layak, melainkan hanya untuk membuka hutan-hutan baru bagi kebutuhan pengusaha-pengusaha asing.

Pelaksanaan politik etis membawa keuntungan bagi pemerintah Belanda dan penderitaan bagi Bangsa Indonesia, namun masih ada manfaat yang diperoleh Bangsa Indonesia yaitu timbulnya golongan terpelajar yang sadar akan keterbelakangan bangsanya dan kemudian mempelopori munculnya pergerakan Nasional Indonesia.

Pengaruh Imperialisme dan Kolonialisme di Indonesia

1. Bidang Politik.

a. Hilangnya kekuasaan Raja

b. Campur tangan pihak asing terhadap urusan Istana

c. Kewenangan Bupati berkurang dalam Pemerintahan.

2. Bidang Ekonomi.

a. Kehidupan ekonomi Bangsa Indonesia semakin merosot.

b. Kesejahteraan rakyat semakin menurun.

c. Sistim ekonomi uang mulai berkembang

d. Munculnya istilah monopoli

3. Bidang Sosial.

a. Makin meluasnya kebudayaan barat, sehingga kebudayaan tradisional mulai luntur.

b. Timbulnya kegelisahan, kekecewaan dan kebencian rakyat terhadap pemerintah Kolonial yang menimbulkan perlawanan.